Archive for the ‘artikel’ Category

Follow my other blog:

klik di sini: PERI GIGI BERBAGI

Tentang apa blog ini?

Blog ini berisi tentang artikel-artikel kesehatan gigi populer. Diambil dari penelitian-penelitian ilmiah dan disajikan dengan bahasa yang sesederhana mungkin hingga bisa dipahami oleh semua kalangan.

Di sini kawan-kawan juga bisa sharing dan konsultasi gratis langsung diasuh oleh drg Rifqie Al Haris. Untuk tetap mendapatkan update artikel-artikelnya, jangan lupa follow blognya atau:

follow twitternya: @PeriGigiBerbagi

“like” fb nya: Konsultasi Kesehatan Gigi Online

seperti apa artikel2nya?

Preview artikel 1

preview artikel 2

Preview artikel 3

Preview artikel 4

Pengen mbaca ulasan lengkapnya?
Silakan kunjungi blog Peri Gigi Berbagi

Apa Salah Tangan Kiri?

Posted: Januari 20, 2012 in artikel, Karya Sendiri
Tag:,

Janganlah serukan antidiskriminasi jika engkau belum pernah belajar menjadi seorang drummer kawan. Duduklah yang manis dan bacalah ceritaku ini. Genap sudah sebelas tahun ini aku menggemari seni pukul perkusi itu kawan. Apa yang aku dapat bukan lagi soal teknik pukulan atau pola beat bertempo sekian per sekian. Tapi jauh di balik itu, kemampuan memainkan drum akan membawa kita ke sebuah pemahaman akan pentingnya harmonisasi seluruh anggota tubuh kita.

Harmoni itulah yang dinamakan manifestasi dasar antidiskriminasi tingkat internal individual. Istilah ini hendaknya digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan semangat antidiskriminasi tingkat antarindividu, antargolongan, bahkan antarregional.

Dengan kata lain: jika antidiskriminasi internal individual belum tercipta secara harmonis, janganlah berseru tentang rasisme, seksisme atau isme-isme diskriminatif lain yang sifatnya lebih luas daripada lingkup individual itu sendiri.

Mari kita telaah apa yang telah aku dapat dari pendalaman profesi drummer itu kawan. Cobalah belajar sedikit saja kawan dan kalian pasti akan merasakan bahwa semua alat gerak kita baik kaki maupun tangan, kanan maupun kiri harus bisa sama hebatnya, sama lincahnya dan sama harmonisnya. Itulah pelajaran pertama kita dan yang paling mendasar. Dari pelajaran yang paling mendasar itupun kita sudah bisa menarik sebuah pelajaran moral individual: kanan dan kiri harus mendapatkan proporsi yang sama tanpa diskriminasi. Di situlah akar dari moral antidiskriminasi individual.

Diskriminasi diartikan sebagai “menciptakan suatu pembedaan”. Maka sekecil apapun kita memihak, disitulah diskriminasi mulai bertunas. Mari kita mulai membahas hal apa yang mungkin saja terlewat oleh logika kita. Selama kanan disebut sebagai “right” dan kiri sebagai “left” maka diskriminasi internal individual tidak mungkin bisa dihindari.

“Right”, secara etimologi diartikan sebagai: bagus, tepat, lurus. Sedangkan terjemahan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai: benar. Maka bukanlah suatu kebetulan jika “right” memiliki kemiripan dengan kata “straight”. Bahkan bukan suatu kebetulan juga jika “right” yg berarti “hak”, memang sangat berhak mendapatkan arti yang bagus-bagus.

“Left”, secara etimologi berarti: buruk, lemah, lumpuh. Sedangkan terjemahan secara harfiah ke bahasa Indonesia diartikan sebagai: ditinggalkan. Dalam bahasa latin “kanan” disebut sebagai “dexter” dan “kiri” disebut sebagai “sinister”. Maka bukan kebetulan juga kata “sinister” berkaitan dengan sifat “sinis” yang artinya punya pikiran atau pandangan yang negatif.

Bukankah sudah terlihat muatan diskriminasinya kawan? Akan makin terlihat jelas jika kalian kawinkan kata itu dengan kata “hand” atau “tangan”. Maka lahirlah organ hasil diskriminasi linguis: “right hand” dan “left hand”.

Lalu apa salah tangan kiri?

Janganlah kalian terjebak dengan imej agamis atau etis yang mengatakan bahwa tangan mulia itu tangan kanan. Berpikirlah secara luas dan arti luaspun akan terungkap. Karena penyebutan tangan mulia untuk tangan kanan tidak selalu diikuti pernyataan bahwa tangan kiri itu hina. Coba bayangkan: memberikan dengan tangan kanan akan dianggap sopan tapi memberikan dengan dua tangan akan jauh lebih sopan. Bersalaman dengan tangan kanan saja itu sopan tapi bersalaman menggunakan dua tangan sekaligus akan membuat orang yang kita salami merasa begitu dihormati.

Dan ingatlah kawan bahwa linguis akan mebuat diskriminasi lebih nyata. Senyata nasib tangan kanan yang memiliki arti nama-nama yang indah dan tangan kiri yang seolah memang harus ditinggalkan (left). Berawal dari bahasa sikap kita pun akan terbawa ke arus yang makin besar. Penyebutan “ambidextrous” yang berarti bisa dipakai bolak-balik kanan dan kiri hanya memuat kata “dexter” tanpa “sinister”. Kondisi ini diperparah dengan keberadaan orang kidal yang memang minoritas dan konsepsi umum kita menyebutkan bahwa minoritas itu sebagai sebuah penyimpangan. Bahkan ada penelitian mengenai lebih pendeknya usia hidup orang kidal jika dibandingkan dengan yang tidak kidal.

Jika kita sudah memiliki kebiasaan sikap diskriminasi internal individual, bagaimana kita menyikapi perbedaan yang jauh lebih kompleks yang berada di lingkungan eksternal individual itu sendiri?

Apa yang salah tangan kiri?

“Tidak ada yang salah.” Jawab drummer, “dialah pelengkap harmoni, penyeimbang dan membuat sesuatu yang timpang, ganjil dan setengah kosong…menjadi utuh.”